Lisbon - Juventus harus mengakui keunggulan Benfica di leg pertama semifinal Liga Champions. Namun Antonio Conte tak patah semangat dan berkaca pada pengalamannya sekitar dua dekade silam.
Melawat ke Estadio Da Luz, Jumat (25/4/2014) dinihari WIB, Juve sempat tertinggal di menit ketiga usai Benfica bikin gol lewat Ezequiel Garay. Tim tamu baru bisa samakan kedudukan di menit 73 lewat Carlos Tevez sebelum akhirnya kalah dari gol Rodrigo Lima enam menit sebelum bubaran.
Kalah 1-2, peluang Juve sebenarnya masih terbuka lebar untuk bisa lolos ke final karena mereka akan bermain di Juventus Stadium pekan depan. Terlebih kemenangan 1-0 saja cukup mengantarkan Bianconeri lolos ke partai puncak yang dihelat di Juventus Stadium bulan depan.
Meski demikian Juve juga tak boleh anggap remeh Benfica, raksasa Portugal yang coba membayar kekecewaan musim lalu kala cuma menjadi runner-up di kompetisi ini.
Tapi Juve boleh mengingat memori indah kala menghadapi Benfica di Piala UEFA musim 1992/1993. Berlaga di perempatfinal, Juve yang kala itu masih diperkuat Antonio Conte lolos ke semifinal usai tertinggal dengan skor sama, 1-2 di leg pertama dan menang 3-0 di leg kedua.
Di musim itu Juve tampil sebagai juara Piala UEFA - nama lama Liga Europa - dengan mengalahkan Borussia Dortmund di final dengan agregat total 6-1.
"Kami harus mengeri bahwa laga semifinal ini masih terbuka dan Juventus Stadium bisa menyamai riuhnya atmosfer di Lisbon. Kami semua ingin ke final," sahut Conte di Football Italia.
"Saya melihat malam ini adanya optimisme dan keyakinan dari performa kami malam ini. Tidak mudah untuk datang ke sini dan bermain seperti ini melawan tim yang tak terkalahkan di kandang," lanjutnya.
"Kami tidak bermain dengan gaya Italia kuno, karena kami menyerang, menaikkan terus tempo, intens, dan memaksa Benfica untuk fokus pada serangan balik. Kami menjaga kehormatan sepakbola Italia malam ini."
Sumber: detiksport
By Admin : Alvarez